POROSKOTA.COM, WASHINGTON – Beberapa pemimpin dan ekonom ternama dunia memperingatkan kemungkinan terjadinya resesi pada .

Bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS (), secara agresif menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir untuk memerangi inflasi yang tinggi.

Namun kebijakan yang dimaksudkan untuk mendinginkan inflasi itu, ternyata juga meningkatkan risiko .

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Di tengah perdebatan yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir mengenai resesi, sekitar 90 CEO mengatakan mereka sekarang yakin perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan datang, menurut survei terhadap 400 CEO AS oleh perusahaan konsultan KPMG yang diterbitkan pekan lalu.

Amerika Serikat telah mengalami pertumbuhan PDB ke zona negatif dalam dua kuartal berturut-turut di tahun ini, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai resesi.

Namun beberapa orang lainnya masih menunggu Biro Riset Ekonomi Nasional AS untuk membuat keputusan terakhir mengenai kondisi ekonomi Negeri Paman Sam itu.

Miliarder, Investor dan ekonom top dunia secara terbuka telah menyatakan pandangan mereka mengenai kondisi ekonomi global. Dikutip dari Fortune, berikut ini beberapa tokoh ekonomi dan pemimpin bisnis yang mengemukakan proyeksinya:

1. , CEO JPMorgan Chase

Dimon memperingatkan investor akan melihat turbulensi ekonomi yang akan datang dan volatilitas pasar, dia juga mengantisipasi bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan berlanjut dengan The Fed akan memperketat kebijakan moneter.

Dimon sebelumnya memperkirakan mengenai ‘awan badai, awan badai besar', dan pada bulan Juni Dimon mengatakan awan itu telah berubah menjadi ‘badai'.

“Kami tidak tahu apakah itu badai kecil atau Superstorm Sandy. Sebaiknya kamu menguatkan dirimu sendiri,” katanya.

Pandangan bos JPMorgan Chase ini bahkan tidak berubah setelah beberapa bulan kemudian. Dimon mengakui pada bulan September lalu, meskipun untuk sementara ekonomi AS kuat secara keseluruhan, dia hanya melihat peluang 10 persen dari perlambatan ekonomi yang tidak mengarah ke jurang resesi.

2. , ketua Icahn Enterprises

Mengenai kinerja saham untuk sisa tahun ini, ‘yang terburuk belum datang,' menurut miliarder Carl Icahn, dalam acara Best New Ideas in Money Festival pada bulan lalu.

Ketua perusahaan Icahn Enterprises ini telah berkali-kali memperingatkan investor mengenai kesulitan ekonomi AS yang akan datang, menyalahkan The Fed karena beralih dari kebijakan pelonggaran kuantitatif dan suku bunga mendekati nol selama pandemi Covid-19 ke kebijakan moneter yang lebih ketat untuk memerangi inflasi.

“Kami mencetak terlalu banyak uang, dan hanya berpikir pesta tidak akan pernah berakhir,” kata Icahn.

Dalam sambutannya, Icahn bahkan membandingkan meningkatnya inflasi pada tahun 2022 dengan jatuhnya Kekaisaran Romawi yang terjadi lebih dari seribu tahun yang lalu.

“Inflasi adalah hal yang mengerikan. Anda tidak bisa menyembuhkannya,” kata Icahn.

3. Ken Griffin, CEO Citadel LLC

Ken Griffin juga memperkirakan akan terjadinya resesi. Namun tidak seperti investor dan ekonom yang mengkritik atau mencemooh Pejabat The Fed atas upaya hawkish mereka untuk mendinginkan inflasi, CEO Citadel ini mengatakan The Fed harus melanjutkan perjuangannya, bahkan setelah serangkaian kenaikan suku bunga besar baru-baru ini.

“Semua orang suka meramalkan resesi, dan akan ada satu. Ini hanya masalah kapan, dan sejujurnya, seberapa sulit,” kata Griffin

The Fed harus melanjutkan pekerjaannya untuk menurunkan harga konsumen dan meningkatkan ekspektasi inflasi, tambahnya.

4. , ekonom yang dikenal sebagai “Dr. Doom”

Menurut ekonom Nouriel Roubini, resesi bisa menyerang AS pada akhir tahun 2022, sebelum menyebar secara global di tahun depan dan akan bertahan hingga tahun 2023.

“Ini tidak akan menjadi resesi yang pendek dan dangkal; itu akan menjadi parah, panjang, dan jelek,” kata Roubini selama wawancara dengan Bloomberg pada bulan September.

Pria yang dikenal karena sering memberikan prediksi ekonomi yang suram ini merupakan profesor New York University dan CEO Roubini Macro Associates. Dia mendapat julukan “Dr. Doom” karena menjadi salah satu orang pertama yang memprediksi dengan benar kejatuhan pasar perumahan pada tahun 2007 hingga 2008.

Roubini mengatakan dia memperkirakan ‘pendaratan keras yang nyata' di mana indeks S&P 500 bisa turun 40 persen.

5. Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF

Bahkan jika ekonomi global secara teknis mengalami penurunan, efeknya akan terasa seperti resesi, menurut direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.

Dalam wawancara pada bulan September lalu dengan Bloomberg, Georgieva mengatakan kenaikan suku bunga akan “menggigit” dan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.

“Untuk ratusan juta orang, ini akan terasa seperti resesi, jadi bersiaplah. Mudah-mudahan, jika kita mengendalikan inflasi, maka kita dapat melihat fondasi untuk pertumbuhan dan pemulihan,” kata Georgieva.

Pada pekan lalu, Georgieva mengungkapkan IMF sekali lagi akan menurunkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 dalam sebuah laporan yang akan datang.

Saat berbicara di hadapan audiens di Georgetown University, Georgieva mengatakan “risiko resesi meningkat” sebagai akibat dari pandemi Covid-19, meningkatnya inflasi dan perang Rusia-Ukraina.

“Beberapa guncangan, di antaranya perang yang tidak masuk akal, mengubah gambaran ekonomi sepenuhnya. Jauh dari sementara, inflasi menjadi lebih persisten,” ujarnya.

6. David Malpass, Presiden Bank Dunia

Dalam pidatonya di Stanford University pada akhir bulan lalu, Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkan “badai sempurna” dari kenaikan suku bunga, inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat dapat mendorong terjadinya resesi global.

“Kenyataan yang sulit dihadapi ekonomi global dan terutama negara berkembang. Serangkaian peristiwa keras dan kebijakan ekonomi makro yang belum pernah terjadi sebelumnya mengancam akan membawa pembangunan ke dalam krisis,” kata Malpass.

Menurut Malpass, produksi global mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melakukan diversifikasi dari Rusia setelah invasinya ke Ukraina. Itu berarti “prospek jangka pendek yang sangat menantang,” terutama untuk negara berkembang, yang dapat memicu kombinasi pertumbuhan ekonomi yang rendah dan inflasi tinggi atau dikenal sebagai stagflasi.

Pada awal September, Bank Dunia mengeluarkan penelitian yang memprediksi resesi global paling cepat terjadi pada tahun depan.

7. Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal WTO

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga telah memberikan pandangan suramnya mengenai ekonomi global.

“Indikatornya tidak terlihat bagus. Saya pikir resesi global itulah yang menurut saya sedang kita hadapi,” kata direktur jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala kepada Bloomberg pekan lalu.

Kenaikan harga pangan dan energi, serta efek berkelanjutan dari perang Rusia-Ukraina dapat mengancam negara-negara di seluruh dunia dengan penurunan ekonomi, menurut Okonjo-Iweala.

Pada bulan April, WTO menurunkan ekspektasi untuk pertumbuhan perdagangan barang tahun ini menjadi 3 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,7 persen. WTO juga memperkirakan akan memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangannya untuk tahun 2022, kata Okonjo-Iweala.